Rabu, 09 Oktober 2013

PENTINGNYA MANASIK HAJI / UMROH


Bisa menjalankan ibadah Haji/Umroh merupakan sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi kaum muslimin. Tidak semua kaum muslimin bisa melaksanakan ibadah ini, baik karena tidak mempunyai biaya, karena faktor kesehatan, atau karena kesibukan yang akhirnya mereka enggan untuk melaksanakan ibadah haji/umroh. Padahal bagi mereka yang mampu tetapi enggan untuk menunaikan ibadah haji, maka ancamannya adalah disuruh memilih mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani atau istilah lainnya su'ul khotimah. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang artinya : “Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan (sudah mampu), dan ia belum haji ke Baitullah maka tidak ada yang menghalangi baginya mati Yahudi atau Nasrani”. (HR. Tirmidzi).

Apabila kita sudah sampai pada tahap mampu, maka secepatnyalah kita segera mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji, terlebih pada saat ini daftar tunggu di Yogyakarta sudah mencapai 14 tahun. Atau apabila kita ingin berkunjung ke Baitullah secepatnya, maka tidak salah apabila kita berumroh terlebih dahulu. Sebab ada beberapa kalangan yang menghukumi umroh juga wajib hukumnya seperti halnya haji, sekali dalam seumur hidup. Dan apabila kita sudah mendaftarkan diri maka kita sudah seharusnyalah mempersiapkan diri baik secara mental, fisik maupun ruhani. Dalam hal ini ada yang mengartikan bahwa mampu (istitho'ah) mencakup arti mampu secara harta atau finansial yang meliputi biaya untuk melaksanakan/mendaftar serta biaya untuk keluarga yang ditinggalkan selama menunaikan ibadah,  mampu dalam perjalanan fisik sampai ke Baitullah, serta ada yang menambahkan harus mampu secara keilmuan atau manasik haji/umroh.

Mampu secara keilmuan walaupun tidak sampai ke taraf ahli adalah sangat penting dalam melaksanakan semua amal ibadah. Imam Ibn Ruslan (seorang ulama abad 9 H) berkata : ”Dan setiap amal yang tanpa didasari ilmu, Amalan-amalannya tertolak tidak diterima”. Hadits nabipun menyatakan bahwa "Sedikit paham ilmu fiqih lebih baik dari banyak ibadah” (HR at-Thobron). Selanjutnya sabda Nabi juga menyatakan “Apabila kamu melewati taman-taman syurga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi menjawab,”majlis-majlis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani). Imam Athaa’ berkata “Majlis-majlis ta’lim” ialah tempat perkumpulan membahas halal, haram, bagaimana cara jualbeli, cara shalat, cara zakat, cara haji, nikah, thalak dan sebagainya. Artinya sebuah perkumpulan untuk mengetahui tatacara shalat, zakat, haji dan yang demikian hanya dapat diketahui dengan mengetahui rukun-rukun, syarat-syarat dan yang membatalkan setiap ibadah karena tanpa mengetahui yang semacam ini tidak dapat dikatakan benar ibadah seseorang.

Dengan demikian manasik haji maupun umroh sangat penting bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah ke tanah suci. Terlebih lagi ibadah ke tanah suci termasuk ibadah "mahal" karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk sampai ke sana. Maka untuk itu kita perlu selektif dalam memilih biro haji maupun umroh yang akan memberangkatkan kita ke tanah suci. Jangan sampai kita memilih biro yang tidak terdapat fasilitas manasiknya baik untuk umroh maupun haji. Selain itu perlu diperhatikan juga apakah biro tersebut menyediakan pembimbing atau petugas yang mendampingi dari tanah air. Sebab saat ini banyak sekali biro-biro haji dan umroh yang hanya mementingkan keuntungan materi tanpa melihat kualitas dari ibadah jamaah, bahkan terkadang sampai menelantarkan jamaah tanpa bimbingan dan petugas yang mendampingi di tanah suci. Sehingga banyak jamaah yang berangkat ke tanah suci tapi sesampai di sana bingung apa yang harus mereka lakukan di sana.

Walaupun biasanya ada muthowif di dalam pelaksanaan ibadah di sana tetapi manasik haji dan umroh sebelum jamaah berangkat adalah sangat penting untuk diberikan sebagai bekal keilmuan dalam melakukan ibadah demi sempurnanya ibadah kita. Beberapa ahli hikmah berkata bahwa "Ilmu tanpa amal, dosa besar, manakala ‘amal tanpa ilmu, kesesatan yang amat sangat, dan ‘amal yang disertai ilmu itu adalah cahaya diatas cahaya. Maka beruntunglah bagi mereka yang memadukan keduanya (ilmu dan ‘amal)”. Dan akhirnya ketika pulang dari tanah suci setelah melakukan ibadah haji atau umroh kita benar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan lebih baik dari ketika sebelum melaksanakan ibadah haji atau umroh. Wallahu a'lam.

 



 

Minggu, 26 Mei 2013

BERBAGI TEMPAT DI AREA MUSTAJABAH


Dalam berbagai kesempatan dan tempat di area Masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram dapat dipastikan akan selalu dipadati oleh jamaah. Dahulu mungkin kepadatan ini hanya terjadi ketika musim haji saja, tetapi pada saat ini tidak dalam waktu musim hajipun area Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram juga tetap padat oleh para jamaah umroh. Dan animo masyarakat pada saat ini untuk melaksanakan umrohpun ternyata sangat luar biasa besar, dan bahkan menurut Ustad Yusuf Mansur dalam sebuah tausiahnya pernah menyebutkan bahwa tiap hari jamaah umroh dari Indonesia yang berangkat ke tanah suci tidak kurang dari 6000 orang. 

Sungguh suatu angka yang tidak kecil, dan dari data ini dapat kita cermati bahwa ternyata banyak orang kaya di Indonesia, sehingga untuk melakukan umroh yang menghabiskan sekitar 20 jutaan banyak sekali orang Indonesia yang bisa melaksanakan. Belum lagi kalau kita melihat dari data bahwa daftar tunggu antrian haji di Indonesia yang mencapai belasan tahun, hal ini lebih meyakinkan lagi ternyata masyarakat Indonesia adalah bangsa yang kaya. Mungkin karena tidak adanya pemerataan ekonomilah yang akhirnya terjadi ketimpangan ekonomi dan banyaknya orang yang kaya di Indonesia tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat secara umum, dan akhirnya Indonesia tetap hanya dikenal sebagai negara yang agak miskin atau lebih kerennya disebut dengan negara berkembang.

Berbicara mengenai banyaknya jamaah haji maupun umroh di tanah suci, maka pasti kita tidak akan lepas dari dua area yang utama di tanah suci yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Karena dua tempat tersebut menjadi konsentrasi tempat ibadah ketika melaksanakan ibadah haji maupun umroh. Selain itu di dua tempat ini terdapat tempat mustajabah yang artinya yaitu seseorang yang dapat berdo'a di tempat-tempat yang telah ditentukan niscaya akan dikabulkan segala do'anya. Di area Masjid Nabawi terdapat tempat yang menjadi idola para jamaah baik haji maupun umroh untuk dapat memasukinya yaitu raudhah. Raudhah sendiri terletak di antara mimbar Nabi Muhammad SAW dan rumah Nabi yang pada saat ini telah menjadi makam beliau. Biasanya terkenal dengan karpet hijau semi coklat, karena memang karpet di area Raudhah dibedakan dengan warna karpet di luar area Raudhah.

Rosulullah SAW pernah bersabda yang artinya "Tempat antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga" (HR. Muslim). Dan di Raudhah inilah apabila kita berdo'a dengan sungguh-sungguh insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT. Untuk di area Masjidil Haram mungkin salah satu tempat yang sulit untuk dimasuki adalah Hijir Ismail atau di Multazam, karena dua tempat ini juga termasuk tempat mustajabah, tetapi areanya relatif sempit dibanding banyaknya jamaah yang berkeinginan untuk masuk dan berdoa di tempat tersebut. Dan memang untuk dapat memasuki tempat-tempat mustajabah tersebut dibutuhkan stamina ekstra, kesabaran dan perjuangan. Sehingga tak jarang di tempat-tempat ini sering terjadi gesekan-gesekan kecil yang apabila tidak dilandasi kesabaran dan keikhlasan justru akan menimbulkan sebuah pertikaian antar jamaah sendiri.

Mungkin yang perlu kita perhatikan apabila kita akan memasuki tempat-tempat tersebut adalah  jangan sampai kita mengedepankan egoisme kita yaitu yang penting kita dapat kavling di tempat tersebut walaupun kadang harus mendorong jamaah lain, menyakiti jamaah lain dan bahkan menjatuhkan jamaah lain. Ini semua bukan termasuk akhlakul karimah dan justru akan mengurangi nilai ibadah kita itu sendiri. Dan yang sangat biasa dilakukan oleh banyak jamaah ketika dia sudah dapat kavling di tempat-tempat tersebut, dia akan melakukan sholat sunat dan berdo'a selama mungkin di tempat itu, padahal banyak jamaah yang berdiri dan mengantri untuk melakukan hal yang sama di tempat itu. Inipun juga tidak dapat dibenarkan karena jamaah yang berdiri dan mengantri akan merasa kesal dengan model jamaah yang tidak mau berbagi ini. Jangan sampai terjadi justru orang lain mendo'akan hal yang jelek karena egoisme kita lakukan.

Sudah semestinyalah apabila kita berada di tempat-tempat yang mustajabah tersebut, tumbuh rasa berbagi kita dengan jamaah lain, karena mereka juga ingin dan berhak untuk dapat elakukan sholat dan berdoa di tempat itu. Cukuplah apabila kita berada di tempat-tempat tersebut dengan melakukan sholat dua rokaat kemudian berdo'a secukupnya saja, dan jangan sampai kita membuat jamaah lain merasa jengkel karena berdiri dan menunggu terlalu lama. Insya Allah apabila kita yakin dan khusu' dalam berdoa walaupun sebentar Allah pasti akan mengabulkan do'a kita. Dan apabila kita membuat jengkel orang lain dan dia juga mendoa'akan hal yang jelek-jelek terjadi pada kita, mungkin hal itu akan menjadi kontraproduktif bagi kita sendiri, alih-alih do'a kita yang dikabulkan justru hal yang jelek nanti yang akan kita terima karena dido'akan jelek oleh orang lain. Untuk itu berbagi tempatlah apabila berada di tempat yang mustajabah. Wallahua'lam.

Kamis, 23 Mei 2013

UMROH RAMADHAN MENYAMAI HAJI

Bulan Ramadhan merupakan sayyidus suhur atau bulan yang paling mulia dibanding bulan-bulan lain selainnya. Pada bulan Ramadhan itulah Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Al-Quran diturunkan pada malam tujuh belas di bulan Ramadhan ketika Nabi Muhammad SAW bertahannuts di Gua Hiro' di atas Jabal Nur di pinggiran Kota Makkah. Hal ini sekaligus menandai diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai rosul yang bertugas untuk menyampaikan dakwah ketauhidan kepada umat manusia. Iqro' yang artinya "bacalah" merupakan ayat Al-Quran yang pertama kali turun kepada beliau, hingga akhirnya sampai ayat ke 5 dari surat Al-'Alaq.

Selain merupakan bulan dimana Al-Quran diturunkan, bulan Ramadhan juga sangat dimuliakan oleh Allah SWT, melebihi bulan-bulan lainnya. Di bulan ini umat manusia diwajibkan melaksanakan puasa yang merupakan sarana untuk membersihkan jiwa dari nafsu yang bersemayam dalam diri manusia. Pada bulan ini nilai pahala ibadah manusia akan dilipatgandakan, apabila seseorang melakukan suatu amal yang berkategori sunat, maka pahalanya akan disamakan dengan melaksanakan sebuah amal yang berderajat wajib, dan apabila seseorang melakukan sebuah amal wajib maka pahalanya akan dilipatgandakan dengan 70 kali amalan wajib di bulan lainnya, bahkan tidurnya orang yang melakukan puasapun dinilai sebuah ibadah.

Lebih istimewanya lagi di dalam bulan Ramadhan juga terdapat malam lailatul qadar yang apabila kita dapat menjumpainya dalam keadaan beribadah, maka nilai pahalanya akan melebihi dari nilai seribu bulan. Subhanallah, sungguh sangat mulianya bulan Ramadhan itu. Sehingga dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa seandainya diperbolehkan berharap, para sahabat nabi menginginkan bahwa sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan, dikarenakan mulianya bulan Ramadhan itu. Dan dalam riwayat lain disebutkan bahwa apabila manusia mengerti akan kemuliaan bulan Ramadhan, maka niscaya mereka akan menangis bersedih apabila akan ditinggalkan oleh bulan Ramadhan.

Selanjutnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada seorang wanita Anshor : Mengapakah anda tidak melaksanakan haji bersama kami ? Jawab wanita itu : Kami hanya mempunyai satu kendaraan dan sudah dikendarai oleh suamiku dengan anaknya (putranya), dan ada lagi seekor onta untuk menyiram kebun. Maka Nabi bersabda kepadanya : Jika tiba bulan Ramadhan maka pergilah berumrah, sesungguhnya umroh di bulan Ramadhan bagaikan berhaji (menyamai haji). (HR. Bukhori Muslim), dan dalam riwayat Muslim ditambahkan "menyamai haji bersamaku".

Sungguh sangat besar nilai pahala ibadah di bulan Ramadhan, sehingga umroh yang dilaksanakan pada bulan Ramadhanpun nilai pahalanya sama dengan melaksanakan haji. Mungkin hadits ini bisa menjadi sebuah landasan bahwa apabila kita mampu melaksanakan, maka umroh di bulan Ramadhan merupakan sebuah ibadah yang juga perlu kita prioritaskan. Walaupun hal itu tidak bisa menggugurkan kewajiban untuk berhaji bagi yang mustathi', tetapi dengan banyaknya kendala yang berkaitan dengan kuota jamaah haji, daftar tunggu yang lama, usia yang sudah tua mungkin ini bisa menjadi alternatif untuk dilakukan. Meskipun kita tidak dipanggil haji (dan itu sangat tidak penting sama sekali) tetapi setidaknya apabila kita ikhlas dalam melaksanakannya serta sudah memenuhi syarat dan rukunnya maka nilai pahalanya sudah sama dengan orang yang melakukan haji. Wallahua'lam.

   

Jumat, 17 Mei 2013

TIPS BISA MENCIUM HAJAR ASWAD

Hajar Aswad merupakan salah satu bagian bangunan penting di dalam Ka'bah, tepatnya menempel di pojok tenggara bangunan Ka'bah. Dari titik dan garis sejajar lurus dengan Hajar Aswad inilah dimulainya rukun thawaf bagi mereka yang melaksanakan haji ataupun umroh. Dalam sejarahnya Hajar Aswad merupakan sebuah batu dari surga melalui malaikat Jibril as. Dahulu hajar aswad berwarna putih dan akibat dosa-dosa manusialah batu yang putih itu berubah menjadi hitam, seperti dinyatakan dalam sebuah hadits yang artinya "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih dari susu, dan dosa-dosa anak cucu Adam-lah yang membuatnya menjadi hitam". Dan karena warnanya hitam inilah sehingga akhirnya batu tersebut dinamakan sebagai Hajar Aswad yang artinya adalah batu hitam. Dalam sebuah penelitian diungkapkan bahwa batu Hajar Aswad ini ternyata merupakan batu tertua di muka bumi dan bisa mengambang dalam air.

Diungkapkan lebih lanjut bahwa di sebuah museum di negara Ratu Elizabeth, terdapat tiga buah potongan dari batu Hajar Aswad dari Ka'bah (tidak disebutkan mengapa batu tersebut bisa sampai di sana) dan pihak museum menyatakan bahwa batu tersebut bukan bersumber dari sistem tata surya kita. Ada sebuah perlakuan khusus yang dilakukan Nabi Muhammad SAW terhadap batu ini ketika melakukan thawaf yaitu beliau mencium batu ini ketika sampai di hadapan batu ini. Mencium Hajar Aswad sendiri oleh para 'ulama dihukumi sebagai sebuah kesunatan yang baik apabila bisa dilaksanakan, akan tetapi hal itu tidak menjadi syarat sah dalam melakukan thawaf. Dalam sebuah riwayat disebutkan yang artinya "Umar ra. ketika mencium Hajar Aswad berkata : Sungguh aku mengetahui bahwa engkau batu tidak membahayakan dan tidak berguna, dan andaikan aku tidak melihat Nabi SAW menciummu maka aku tidak akan menciummu". (HR. Bukhori Muslim) (Disebutkan oleh Imam Bukhori dalam Kitab Haji (25) pada Bab Dzikir ketika Di Hajar Aswad (50)).

Dalam hadits yang lain disebutkan juga yang artinya "Nabi SAW thawaf dalam hajjatul wada' berkendaraan onta dan menyentuh Hajar Aswad dengan tongkat (muhjan)". (HR. Bukhori Muslim). Dikarenakan adanya kesunatan untuk mencium Hajar Aswad inilah para jamaah haji ataupun umroh dapat dipastikan mempunyai keinginan untuk dapat melakukan kesunatan tersebut dan berlomba-lomba untuk dapat mencium atau menyentuh Hajar Aswad. Dan alam prakteknya tidak sedikit dari para jamaah itu yang tidak memperhatikan keselamatan baik diri maupun para jamaah lain yang juga berebut untuk dapat mencium Hajar Aswad tersebut demi mendapatkan sebuah kesunatan sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya dikarenakan pada saat ini animo kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah haji maupun umroh sangat luar biasa besar, maka mencium Hajar Aswad menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan karena saking berjejalnya jamaah yang melakukan thawaf. Diperlukan strategi khusus agar jamaah bisa melakukan kesunatan untuk mencium Hajar Aswad ini, dan inilah tips agar jamaah bisa mencium Hajar Aswad :
  1. Ambil waktu yang kondisi sekitar ka'bah tidak terlalu padat, ini biasanya terjadi pada saat ketika siang terik atau jam 11 siang, jam 14 siang atau ketika awal sepertiga malam terakhir atau sekitar jam 1 sampai jam 3 dini hari.
  2. Pastikan kondisi fisik prima pada saat itu, hal ini penting karena dibutuhkan stamina yang prima ketika berdesakan untuk mendekat ke titik Hajar Aswad.
  3. Jangan membawa barang berharga, karena pepatah mengatakan ada gula ada semut, jadi adanya banyak orang yang berdesak-desakan menjadikan terjadinya kerawanan, baik karena kecopetan maupun jatuh akibat banyaknya orang yang berdesak-desakan.
  4. Pastikan cara berpakaian ihrom yang benar dan kuat, apabila pakaian ihrom yang kita gunakan tidak benar dan kuat nanti justru akan merepotkan kita sendiri, terlebih kalau waktu melaksanakan thawaf yang rukun ketika haji maupun umroh, karena pakaian yang kita pakai hanya dua lembar saja yaitu yang kita sarungkan dan yang kita selempangkan. Jangan sampai karena keinginan kita untuk melakukan sebuah kesunatan justru kita akan menuai malu karena aurat kita terbuka.
  5. Jangan gunakan joki atau calo, sebab di sekitar Hajar Aswad pada saat ini banyak sekali calo yang menawarkan jasa untuk menuntun anda mendekati Hajar Aswad, sekali lagi jangan pernah menggunakan jasa calo ini karena nanti akan banyak real anda yang terkuras.
  6. Apabila anda bisa mencium Hajar Aswad maka lakukanlah dan jangan lama-lama dalam mencium batu tersebut, karena banyak sekali jamaah yang antri yang juga ingin mencium batu tersebut.
  7. Hindari menyakiti sesama jamaah, ini justru paling penting karena untuk apa kita melakukan sebuah kesunatan tetapi justru menyakiti dan mencelakakn orang lain yang hal itu merupakan sebuah dosa.  
Beberapa tips tersebut mungkin dapat membantu para jamaah untuk dapat melaksanakan salah satu kesunatan yaitu mencium Hajar Aswad, tetapi jikalau memang kita belum diberi kesempatan untuk bisa mencium Hajar Aswad ketika kita berhaji atau berumroh, maka tidak usah berkecil hati karena selain melakukan hal tersebut sebenarnya masih banyak kesunatan yang lain yang dapat kita laksanakan dengan resiko yang lebih kecil, seperti sholat di belakang maqom Ibrahim, di dalam Hijir Ismail atau kesunatan yang lainnya. Dan yang terpenting hal-hal tersebut tidak eakan mengurangi sahnya kita dalam melakukan thawaf walaupun apabila bisa kita lakukan merupakan suatu yang baik. Walahua'lam.

Selasa, 07 Mei 2013

SEKELUMIT SEJARAH KOTA MADINAH

Kota Madinah menjadi salah satu kota utama yang ada di Negara Saudi Arabia dan juga bagi seluruh warga muslim di dunia di samping Kota Makkah. Kota ini sangat bernilai dalam sejarah  perkembangan agama Islam. Karena kita ketahui setelah berdakwah selama 13 tahun di Kota Makkah yang merupakan kota kelahiran nabi Muhammad SAW sendiri, ternyata ajaran Islam berkembang tidak begitu pesat. Hal ini karena banyaknya pertentangan dari para pemuka Quraisy di Kota Makkah yang sebenarnya juga banyak dari kalangan keluarga Nabi sendiri yang termasuk keturunan dari pemuka suku Quraisy. Setelah berdakwah di Kota Makkah selama 13 tahun itulah kemudian Nabi Muhammad SAW "hijrah" kota yang sekarang terkenal dengan "Madinatun Nabi" tersebut.

Sebelum peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabat beliau, sebenarnya kota ini dulu bernama Yatsrib. Selanjutnya setelah peristiwa hijrah tersebut Nabi Muhammad menamakan kota ini menjadi kota Madinah atau al-Thab dan al-Thayyib. Menurut Ibnu Hajar, Yatsrib sendiri bisa bermakna dari "Tatsrib" yang berarti menjelekkan atau menghinakan atau bisa juga bermakna dari kata "tsarab" yaitu rusak (kerusakan). Sehingga dalam sebuah riwayat disebutkan Rosulullah pernah bersabda yang artinya "Barang siapa menamai Madinah dengan Yatsrib, hendaknya ia memohon ampun kepada Allah 'Azza Wa Jalla, (karena) ia adalah Thabah, ia adalah Thabah (baik)". (Menurut Haitsami HR. Ahmad, lihat Majma' al-Zawaid 3/300)1).

Letak Kota Madinah adalah sebelah utara dari kota Makkah. Dari Kota Makkah kira-kira 450 Km, dan biasanya bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 5 jam untuk sampai di Kota Makkah. Luas wilayah Kota Madinah sendiri hanya sekitar 15 Km2, dengan batas utara adalah Jabal 'Ayr dan sebelah selatan adalah Jabal Tsur. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad yang artinya "Batas Madinah adalah antara Ayr dan Tsur, barang siapa mengdakan hal yang baru, atau menempatkan sesuatu yang baru, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, dan Allah tidak akan menerimanya di Hari Kiamat". (Shahih Muslim No. 1370). Selanjutnya untuk batas sebelah timur adalah waqim Lama dan yang sebelah barat wabaroh Lama yang terdapat salah satu labah (bebatuan hitam) sebagaimana ditegaskan Nabi Muhammad yang artinya "Sesungguhnya aku tetapkan tanah suci antara kedua labah Madinah" (Shahih Muslim, hadits No. 1363).2) 

Kota Madinah ini menjadi sangat penting karena dari kota inilah ajaran Islam menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Di kota ini pula terdapat Masjid Nabawi (yang apabila kita sholat sekali di dalamnya, maka nilainya seribu kali sholat di masjid yang lain) serta makam Nabi Muhammad beserta keluarga dan banyak para sahabatnya.Khusus untuk makam Nabi Muhammad beserta Abu Bakar dan Umar Ibn Khattab r.a., berada di dalam area Masjid Nabawi dan yang lainnya terkonsentrasi di pemakaman Baqi' Gharqod yng berada di sebelah timur area Masjid Nabawi. Adapun para suhada yang meninggal pada perang Uhud banyak di makamkan di bawah jabal Uhud yang salah satu di antaranya adalah paman Nabi yaitu Hamzah.

Sebelum kedatangan Rosulullah beserta sahabatnya yang biasa disebut sebagai kaum Muhajirin atau orang-orang yang berhijarah, masyarakat Madinah terdiri dari beberapa suku besar yaitu Bani Aus dan Khazraj serta tiga suku Yahudi yaitu Bani Qoinuqo', Bani Quraidhah dan Bani Nadhir. Wilayah Madinah di kelilingi oleh gunung dan beriklim gurun tetapi kaya dengan air, karena banyak wadi atau lembah tempat berkumpulnya air dari dataran yang lebih tinggi. Hijrah Nabi Muhammad sendiri dari Makkah ke Madinah ini terjadi pada tanggal 20 September 622 M 3), yang kemudian digunakan sebagai awal penanggalan tahun Hijriah. Ada beberapa wadi di Madinah seperti wadi al-'Aqiq, wadi Buthan, wadi Qanat dan wadi al-Aqool.

Seiring dengan kedatangan Nabi beserta sahabat-sahabat beliau di Madinah, perkembangan kota ini menjadi pesat, baik dari segi perekonomian maupun sosial budaya, bahkan untuk menjaga kerukunan warga dan mengakomodasi kepentingan masyarakat yang ada di Madinah, dimana di sana juga terdapat kaum Yahudi, lahirlah Piagam Madinah yang mengatur hak dan kewajiban anggota masyarakat di kota itu. Demikian sejarahnya sehingga dari Kota Madinah inilah Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin negara dan pemerintahan dan menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru jazirah Arab. Saat ini kaum muslimin yang pergi haji ataupun umroh di samping ke Makkah dapat dipastikan akan singgah ke Madinah ini. Karena Madinah inilah yang menjadi kota Nabi dan di snalah terdapat makam Nabi Muhammad SAW.

Sumber-sumber :
  1. Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Madinah Munawwarah Bergambar, alih bahasa Anang Rizka Mesyhadi, (Madinah: Al-Rasheed: 2005) hal. 19
  2. Ibid, hal. 11
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Madinah

 

Sabtu, 04 Mei 2013

CIRI-CIRI HAJI ATAU UMROH YANG MABRUR

Haji dan umroh pada hakekatnya merupakan sebuah perjalan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT. Bagi mereka yang melaksanakan ibadah Haji atau Umroh dengan betul-betul ikhlas, pasti di sana akan mendapatkan pelajaran spiritual yang sarat makna. Ketika kita melihat Ka'bah atau melakukan thawaf seakan-akan kita tersihir dan terbawa ke dalam suasana yang sangat ukhrowi. Hati bergetar ketika pertama kali kita melihat Ka'bah, bangunan segi empat berbentuk kubus yang sungguh sangat berwibawa dan seakan mempunyai daya magis bagi yang melihatnya. Bagi yang pertama kali melihatnya tentunya akan membatin ternyata inilah yang menjadi kiblat ketika bertahun-tahun semenjak kita kecil melaksanakan sholat.

Ketika kita melaksanakan thawaf dan berdesak-desakan dengan beribu-ribu jamaah lain dari segala penjuru dunia, timbul sebuah kesadaran betapa amat sangat kecilnya kita di hadapan Allah SWT Sang Kreator alam semesta ini. Kita akan mendapati berbagai suku dan ras yang ada di dunia ini mengagungkan nama-Nya. Ada yang mempunyai perawakan tinggi besar dengan kulit amat hitam seperti bangsa negro, ada yang bermata biru dan berkulit putih seperti halnya bangsa-bangsa dari asia tengah, ada yang berperwakan sedang dengan kulit sawo matang sebagaimana jamaah yang berasal dari melayu dan masih banyak lagi ras-ras lain dengan berbagai ciri dan bentuk tubuh yang berbeda satu dengan lainnya. Semuanya mengumandangkan asma Allah sambil mengelilingi bangunan yang berbalut kain hitam dan berdiri dengan kokohnya itu.  Subhanallah.

Selanjutnya ketika kita melakukan sa'i yang juga menjadi rukun dalam ibadah haji dan umroh, kitapun akan mendapati bahwa semuanya melantunkan do'a-doa dan mengagungkan nama-nama Allah. Hati terasa sangat damai dan merasa terharu melihat hal ini. Dan begitupun selanjutnya dengan ritual-ritual lain, semuanya akan membuat kita merasa amat sangat kecil di hadapan Allah SWT. Betapa selama ini kita sudah merasa paling benar sendiri ketika kita berada di lingkungan kita, merasa paling gagah sendiri, merasa paling sempurna dan rasa-rasa kesombongan yang lainnya, yang ternyata ketika kita di tanah haram, semuanya tidak ada artinya, sungguh kita selama ini berada dalam perasaan yang semu. Astaghfirullah.

Demikian itulah sebenarnya hakikat ibadah haji atau umroh yang kita lakukan. Kita akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri keagungan Allah dan kebenaran akan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sehingga sudah semestinyalah ketika kita pulang dari tanah suci kita menjadi akan menjadi manusia yang lebih berkualitas dibanding sebelum kita melakukan ibadah haji atau umroh. Dan inilah yang selanjutnya dinamakan dengan haji atau umroh yang mabrur. Mungkin beberapa ciri dari haji atau umroh yang mabrur akan dapat kita lihat sebagaimana dikatakan dai wong kito dan Pemred Warta Dakwah, H Muazim Syair, merujuk beberapa hadist Rasulullah SAW, ada empat ciri orang yang mendapat predikat haji mabrur :

  1. Sepulang dari berhaji atau umroh, tutur katanya selalu baik dan menyenangkan orang lain. Memiliki sifat terpuji seperti sabar, rendah hati (tawaddhu’) dan tidak sombong. Di tanah suci ia telah ditempa menjadi hamba Allah yang rendah hati. Meski ia seorang pejabat, orang kaya atau penguasa, di tanah suci Dia memandangnya sama dengan rakyat kecil, jelata. Semuanya hanyalah hamba-Nya semata
  2. Seseorang yang sudah menyandang gelar haji atau pernah umroh akan lebih taat beribadah dibandingkan sebelum ia menunaikan ibadah haji atau umroh. Karena selama berada di tanah suci ia telah dilatih untuk taat beribadah, terutama dalam ibadah salat. Kalau di Mekkah ia selalu menunaikan salat berjamaah di Masjidil Haram, dan atau di Masjid Nabawi ketika berada di Madinah Al-Munawwarah, setibanya di tanah air hal itu juga harus dilakukannya. Dia tindaklanjuti dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari.
  3. Seseorang yang telah berpredikat haji atau pernah umroh akan selalu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Orang yang mendapat haji mabrur tidak mau lagi berbohong. Ia akan selalu jujur dalam kesehariannya, apapun profesinya. Jika kebetulan seorang pedagang ia tidak akan mau mempermainkan timbangan, meteran atau perkataan bohong lainnya. Kalau ia seorang aparatur negara ia tidak akan menyalahgunakan wewenang atau melakukan korupsi.
  4. Orang yang mendapat gelar haji atau umroh mabrur sifat sosialnya akan meningkat, begitu pula rasa kesetiakawanan terhadap sesama. Ia akan jadi rajin ber-infaq fi sabilillah, menyantuni anak yatim dan orang miskin.
Mungkin empat hal di atas itulah yang bisa menjadi tolok ukur kemabruran seseorang setelah melakukan ibadah haji atau umroh. Karena haji bukanlah hanya urusan gelar atau nama saja, tetapi lebih jauh dari itu haji atau umroh merupakan perjalanan spiritual yang akan membuat seseorang yang melaksanakannya lebih berkualitas dibanding ketika sebelum melaksnakan ibadah haji atau umroh. Wallahua'lam. (***).



Jumat, 03 Mei 2013

SEBUAH SOLUSI MENGATASI ANTRIAN HAJI

Sudah menjadi sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pada saat ini ibadah haji di negara Indonesia menjadi suatu ibadah yang sulit untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan adanya "waiting list" yang sangat banyak, sehingga masa tunggu untuk pemberangkatan haji menjadi sangat lama. Diberbagai daerah rata-rata sudah mencapai 10 sampai 11 tahun, di Propinsi DIY saja sudah 13 tahun, belum lagi di daerah yang termasuk kaya, maka dapat dipastikan daftar tunggu untuk naik haji menjadi lebih lama lagi. Apakah Kementrian Agama sebagai badan pemerintah yang mengurusi penyelenggaraan ibadah haji hanya diam saja melihat permasalahan yang ada seperti ini ?. Sudah semestinyalah ada regulasi yang dapat meminimalisir banyaknya permasalahan dalam penyelenggaraan ibadah haji ini.

Sebagai badan resmi pemerintah sudah seharusnya memperketat dan meneliti calon jamaah haji yang akan melaksanakan ibadah haji, jangan hanya yang mempunyai uang cukup saja yang bisa berangkat ibadah haji, tetapi mungkin juga ada pertimbangan yang lain. Atau mungkin Kementrian Agama juga malah senang dengan kondisi yang seperti ini, kita tidak tahu, tapi yang jelas orang awampun semua akan tahu bahwa ada banyak finansial yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji ini. Orang yang akan mendaftar ibadah haji, untuk mendapat kursi, maka harus membayar Rp. 25 juta sebagai syaratnya. Bisa dibayangkan apabila seorang saja menyetor Rp. 25 juta dan harus menunggu selama sebelas tahun, kalau uang itu didepositokan sudah berapa banyak rupiah yang akan didapat per tahun oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama jika di Indonesia terdapat ratusan ribu bahkan jutaan calon jamaah haji. Sungguh suatu nilai finansial yang sangat besar.

Di samping itu, keuntungan dari pelaksanaan ibadah haji per orang juga sudah berapa banyak jika setiap tahun Indonesia mendapat kuota sekitar 250 ribu jamaah haji. Dan ini merupakan ladang pemasukan yang sangat signifikan untuk Kementrian Agama. Mungkin ini hanya merupakan sebuah pikiran sebagai masukan kepada Kementrian Agama agar ibadah haji yang bersifat ukhrowi dan sangat mulia itu tidak terkotori oleh hal-hal yang kurang baik yang hanya berkaitan dengan masalah materi duniawi saja yang berhubungan dengan masalah finansial. Sebagai masukan mungkin ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut :
  1. Segera laksanakan moratorium pendaftaran ibadah haji, mungkin sudah menjadi wacana beberapa waktu yang lalu di Kementrian Agama tetapi sepertinya hal tersebut belum dilakukan dan masih sebatas wacana saja. Hal ini juga sebagai sarana untuk lebih fokus dalam memikirkan pelayanan kepada jamaah agar lebih maksimal.
  2. Prioritaskan jamaah yang lebih tua terlebih dahulu, karena banyak juga ternyata anak-anak yang belum cukup umur didaftarkan oleh orang tua mereka yang secara finansial memang mempunyai harta berlebih, padahal sebenarnya mereka belum berkewajiban untuk melaksanakn ibadah haji.
  3. Prioritaskan yang baru sekali naik haji, hal ini perlu dilakukan sebab ternyata banyak yang sudah naik haji sekali kemudian karena hartanya berlebih maka dia mendaftarkan lagi. Bagi orang-orang yang model begini diarahkan saja untuk melakukan umroh, toh yang namanya haji itu merupakan kewajiban hanya sekali seumur hidup. Selain itu haji sudah tertentu waktunya beda dengan umroh yang ditentukan waktunya.
  4. Seleksi calon jamaah yang akan berangkat, seleksi dalam hal ini mungkin berkaitan dengan keilmuan seseorang dalam memahami islam secara menyeluruh, mungkin tentang bacaan al-quran, pengetahuan tentang hadits, aqidah, akhlak dan lain sebagainya, juga pengetahuan tentang manasik haji. Bagi orang yang lulus seleksi maka bisa diberangkatkan terlebih dahulu, dan bagi yang mendaftar tapi belum lulus mungkin disuruh untuk belajar agama Islam terlebih dahulu dan mengikuti seleksi tahun berikutnya. Hal ini sangat penting agar calon haji yang berangkat memang benar-benar berkualitas dalam keagamaannya. Sebab pada akhir-akhir ini banyak yang sudah bergelar haji tapi kualitas keagamaannya nol besar. Haji tidak lebih dari sekedar orang yang punya duit saja, beda dengan masa-masa dahulu, apabila orang yang sudah bergelar haji memang betul-betul mumpuni secara keagamaan, dan bisa menjadi panutan bagi lingkungannya. Akan tetapi dalam hal ini harus dipersiapkan SDM yang amanah, yang tidak mau dibeli dengan uang, sehingga yang lulus seleksi memang betul-betul karena kemampuan dan keilmuan bukan karena membeli kelulusan, kalau SDM-nya belum siap alih-alih akan dapat menyelesaikan masalah justru akan menjadi ladang korupsi baru.
  5. Kalau benar-benar ingin mengarah ke profesional, mungkin perlu diwacanakan agar pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama bisa membeli pesawat sendiri, tentu saja nanti dibentuk lembaga tersendiri yang mengurusi tetang ini, ini juga penting agar bisa meminimalisasi kebocoran anggaran yang mengarah ke korupsi. Dalam hal pendanaan mungkin bisa diambil dari hasil penyimpanan uang calon jamaah dengan catatan calon jamaah diminta keihlasannya. Saya kira apabila bisa benar-benar dipertanggungjawabkan dan demi kemaslahatan umat, para calon jamaah tidak akan keberatan. Dan pesawat tersebut nanti menjadi kekayaan negara. Selama inipun calon jamaah tidak pernah menanyakan kemana hasil penyimpanan uang mereka selama masa menunggu keberangkatan, tetapi keihlasan dari calon jamaah haji sangat mutlak diperlukan agar tidak ada unsur ribawi dalam hal ini sehingga terpenuhi unsur "antaraadzin minkum". Dan dengan langkah tersebut keuntungan yang akan didapatkan oleh negara akan semakin maksimal, selain itu jamaah umroh Indonesia yang luar biasa besar juga dapat menambah penghasilan negara dengan adanya pesawat ini di luar musim haji.
  6. Pemerintah melakukan lobby kepada pemerintah Arab Saudi agar dapat menambah kuota jamaah haji bagi Indonesia, karena seperti kita ketahui pemerintah Arab Saudi terus melakukan pelebaran area Masjidil Haram demi menambah kapasitas jamaah yang dapat masuk di dalamnya. Indonesia yang mempunyai penduduk Islam terbesar di dunia mestinya juga mempunyai nilai tawar yang tinggi terhadap pemerintah Arab Saudi.
Mungkin enam langkah itu bisa dipertimbangkan agar carut marut penyelenggaraan ibadah haji bisa diselesaikan. Dengan begitu niscaya negara Indonesia tercinta ini akan dapat menuju ke dalam sebuah negeri yang "baldatun  thoyyibatun wa robbun ghofur" dengan banyaknya umat Islam yang dapat menunaikan ibadah haji yang berkualitas dan dapat menjaga kemabrurannya, bukan banyak umatnya yang naik haji tetapi jauh dari nilai-nilai spiritual. Karena dalam kenyataannya banyak yang sudah bergelar haji tetapi masih senang mengkorupsi uang rakyat, banyak yang sudah bergelar haji tetapi tidak peduli terhadap lingkungannya dan masih banyak lagi haji lain yang mempunyai perilaku negatif dan tidak ada perubahan sedikitpun ketika sebelum dan sesudah menunaikan ibadah haji. Wallahua'lam.


 

Kamis, 02 Mei 2013

HAJI INSTAN


Pada masa kini banyak sekali kaum muslimin yang mempunyai keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Saking banyaknya yang ingin menunaikan ibadah haji ini, "waiting list" untuk Propinsi DIY dalam berita terakhir, bagi yang mendaftar bulan ini, maka pelaksanaan hajinya besok pada tahun 2026 alias harus menunggu selama 13 tahun. Sebuah penantian yang tidak sebentar tentunya. Mungkin hal ini tidak bermassalah bagi yang mereka pada saat ini masih berumur 30-an atau 40-an tahun, tapi bagi mereka yang pada saat ini sudah berumur 60-an tahun tentunya hal ini agak menjadi masalah. Karena andaikata sekarang sudah berumur 60 tahun dan keberangkatan hajinya 13 tahun lagi berarti usia besok pada waktu berangkat sudah 73 tahun, bukan usia yang ideal lagi untuk melaksanakan ibah haji yang membutuhkan fisik prima karena memang haji dan umroh banyak ritual yang membutuhkan kekuatan fisik.

Selanjutnya selain karena faktor usia yang sudah tidak ideal lagi, siapakah yang akan menjamin kita masih hidup dalam usia yang sebegitu tua itu, walaupun tentunya usia itu hanya Allah-lah yang mengetahui, tetapi sebagai umat nabi Muhammad kita pantas khawatir, masih hidupkah kita di usia tersebut, sedangkan Nabi Muhammad sendiri wafat pada usia 63 tahun. Terlepas dari hal tersebut di atas, mungkin bagi yang berusia yang masih berusia muda, masa penungguan yang agak lama itu mungkin bisa menjadi masa untuk mempersiapkan diri secara mental dan keilmuan Islam. Persiapan secara mental dan keilmuan ini sangat penting agar kita besok ketika sudah pulang dari haji, maka kita betul-betul pantas disebut sebagai haji, bukan hanya gelarnya saja yang haji tetapi ilmu keislamannya nol besar. Dengan persiapan yang panjang insya Allah apabila kita gunakan secara maksimal, untuk melestarikan kemabruran akan lebih mudah dari pada persiapan yang dilakukan secara instan.

Apabila waktu yang cukup lama itu digunakan untuk memperdalam keagamaan, bacaan Al-Quran maupun pengetahuan masalah hadits dan ilmu yang lain, niscaya sudah banyak ilmu yang bertambah ke dalam diri kita. Jangan sampai ketika pulang dari ibadah haji kita tidak mau disuruh menjadi imam karena bacaan kita masih berlepotan, atau kita tidak mempunyai koleksi hapalan do'a sehingga kita enggan ketika disuruh untuk menjadi Imam. Walaupun menjadi imam sholat berjamaah, memimpin do'a dan lainnya itu bukanlah niat kita dalam mempelajari ilmu agama, tetapi memang sudah sepantasnyalah orang yang bergelar haji mempunyai keilmuan yang lebih dari pada orang awam. Karena mengerjakan ibadah haji merupakan pelajaran spiritual yang tidak didapatkan oleh orang lain yang belum melaksanakan ibadah haji.

Ada kejadian yang terjadi di wilayah penulis, seseorang yang baru saja pulang dari menunaikan ibadah haji ketika disuruh menjadi imam sholat lagu Al-Fatihah yang dibacakannya berbeda dari ketika sebelum dia berangkat haji, dan sebenarnya diapun jarang sekali melakukan sholat berjamaah. Lagunya seperti alunan Syekh Al-Ghamidy yang menjadi imam besar di Masjidil Haram, walaupun kesannya dibuat-buat dan justru agak sedikit aneh dan kaku. Hal itu dilakukan ketika menjadi imam sholat Isya. Kemudia ketika sholat ashar dia disuruh lagi menjadi imam sebagai penghormatan dari para jamaah yang meyakini apabila seseorang pulang haji sebelum 40 hari maka do'anya akan dikabulkan oleh Allah, walaupun sekali lagi do'a yang dibacanya juga tidak jelas karena memang bukan ahlinya dan sedikit perbendaharaan doa yang dipunyainya. Ketika selesai sholat berikut wirid dan do'anya dan jamaah sudah pada mau pulang, eh dianya malah melakukan sholat ba'dal ashar, yang notabene tidak ada dalam syariat Islam. Dan ketika subuh diulangi lagi dia juga melakukan sholat ba'dal subuh. Inilah kalau hajinya haji instan, semuanya serba instan dan karena ingin rajin sholat sunat rawatib tapi malah justru yang seharusnya tidak adapun dia malah melakukan sholat sunat juga. Eeee.... karena memang yang namanya instan itu juga tidak maksimal. Jadi jangan sampai kita menjadi haji instan yang nanti malah ditertawakan oleh orang lain karena kedangkalan ilmu agama yang kita miliki.


Rabu, 01 Mei 2013

SEBUAH CERITA DARI TANAH SUCI (Part-2)

Dalam sebuah kesempatan ketika penulis melaksanakan sholat jamaah ashar di Masjidil Haram, setelah selesai melaksanakan sholat berjamaah kebetulan penulis bertemu dengan seorang laki-laki bersama isterinya yang juga baru saja selesai melaksanakan sholat jamaah ashar. Karena sama-sama tahu kalau kita dari Indonesia yang terlihat dari perawakan, pakaian maupun ID-cardnya, maka laki-laki tersebut menyapa dan akhirnya kitapun berkenalan. Laki-laki itu berasal dari Bandung dan isterinya asli dari Sleman Yogyakarta. Dahulu laki-laki tersebut juga kuliah di UPN Yogyakarta. Obrolan menjadi agak nyambung karena penulis juga berasal  Yogyakarta tepatnya daerah Bantul.

Menurut ceritanya dia umroh bersama isteri dan anak perempuannya. Dia mewanti-wanti kepada penulis agar berhati-hati dengan tas pasport yang penulis bawa.   Karena ternyata dia pada hari sebelumnya kecopetan dompet yang berisi surat-surat seperti KTP, STNK, Kartu ATM dan uang yang jumlahnya sekitar 750 riyal Arab Saudi. Laki-laki itu merasa trauma membawa tas takut kalau kecopetan dan menjadi phobia dengan wanita-wanita kulit hitam yang memang biasanya meminta belas kasihan kepada para jamaah yang pulang dari sholat berjamaah di Masjidil Haram. Dalam batin penulis, kalau tas yang penulis bawa sih pasti aman, karena memang nggak ada apa-apanya, paling cuma HP murahan dan buku do'a saja. Dan waktu itu penulis memang hanya sedikit membawa uang saku karena memang kondisi pada waktu itu baru sangat terbatas semuanya.

Setelah bercerita tentang kecopetannya tadi, isterinya kemudian ikut berbicara dan dia berkata "Mungkin ini juga salah saya koq mas, karena sebelum berangkat saya bilang sama suami saya, uang sakunya dibagi tiga saja pak, sebagian dibawa bapak, sebagian dibawa saya dan sebagian lagi dibawa anak, biar nanti kalau kecopetan tidak hilang semuanya. Eee.. lha koq ternyata di sini jadi betul-betul kecopetan. Coba kalau dulu saya tidak bicara seperti itu, pasti kemungkinan juga tidak kecopetan bapaknya. Selanjutnya penulis cuma mengatakan kepada laki-laki dan isterinya itu agar bersabar dan mengikhlaskan saja semua yang telah hilang itu, insya Allah nanti akan ada ganti yang lebih nilainya dari pada yang hilang itu. Dan tidak terasa kita sudah harus berpisah karena jalur menuju hotel kita berbeda.

Dari cerita tersebut penulis merenung, memang betul ya kata orang-orang kalau akan melaksanakan ibadah haji atau umroh maupun ketika kita sedang berada di tanah suci, maka kita harus berhati-hati kalau berbicara, tidak boleh sombong, merendahkan orang lain dan harus selalu berkhusnudzon kepada siapapun walaupun kita tetap harus berhati-hati. Karena apa yang kita bicarakan bisa menjadi sebuah kenyataan, kalau kita sombong, niscaya kita akan dihinakan oleh Allah, dan ketika kita merendhkan orang lain mungkin justru orang itu ketika di sana bisa melakukan kelebihan dari pada kita. Untuk itu bagi teman-teman yang akan melaksanakan ibadah haji atau umroh, persiapkanlah fisik dan mental kalian dan jagalah agar kita tetap berpositif thinking. Semoga bisa menjadi haji atau umroh yang mabrur. Amin (***).


Selasa, 30 April 2013

SEBUAH CERITA DARI TANAH SUCI



Terdapat sebuah kisah menarik ketika penulis melaksanakan umroh pada April 2012 silam. Kebetulan hotel tempat rombongan penulis menginap terdapat seorang asli Madura yang bekerja sebagai karyawan di hotel tersebut. Kami menjadi sangat akrab karena kebetulan teman serombongan yang berasal dari Temanggung senang merokok dan membawa perbekalan rokok agak banyak dan orang madura itupun punya kesenangan yang sama yaitu hobi merokok (tapi untuk penulis sendiri tidak senang merokok). Ketika kami makan pasti ada obrolan santai dengan si Madura tadi, sambil merokok dan dia katanya juga kangen dengan rokok Indonesia yang mempunyai taste beda dengan rokok Arab.

Dalam obrolan santai kami si madura ini bercerita kalau dia sudah tinggal di Arab Saudi selama 10 tahun. Latar belakang si madura ini dulu adalah orang yang brengsek atau preman gitulah kalau istilah sekarang. Suka memalak dan ringan tangan dengan orang lain, tak jarang jotosan tangannya mampir di muka orang yang tidak mau mengasih uang rokok buatnya. Selain itupun dia suka main wanita, padahal isterinya sudah dua yang di rumah. Karena diajak teman kemudian dia mengadu nasib ke negeri Arab yang kata orang-orang di sana mencari uang sangatlah mudah.

Pada tahun pertama dia berada di Arab dia langsung ikut melakukan ibadah haji pada musim haji di tahun itu. Di sinilah cerita itu dimulai dan cerita ini adalah asli dari cerita si Madura tadi dan tidak penulis buat-buat. Ketika dia melakukan thawaf dia merasa ada yang memukul tengkuknya hingga sampai terhuyung dan hampir jatuh. Tetapi anehnya dia tidak melihat ada orang yang memukulnya, dan dia melihat di sampingnya adalah orang yang semuanya khusu' menjalankan thawaf. Sebenarnya dia ingin membalas pukulan itu apabila dia tahu siapa yang memukulnya. Pada putaran selanjutnya dia juga merasakan ada yang menampar pipinya dengan keras sampai dia merasa agak nyeri dan anehnya dia juga tidak tahu siapa yang menampar dirinya itu. "Apa yang memukul aku adalah malaikat apa ya", begitu akhirnya dalam batin dia bertanya.

Selanjutnya ketika dia selesai melakukan thawaf dan hendak melakukan sholat sunat mutlak di belakang Maqam Ibrohim dia mencari tempat yang sepi dan tidak dipakai untuk lintasan thawaf. Dan ketika dia sujud dan bermaksud bangun dari sujud ternyata dia tertahan agak lama karena di atasnya ternyata ada seorang wanita afrika yang tinggi besar dan hitam kulitnya. Si madura ini masuk di dalam jubah wanita Afrika tadi dan tidak bisa bangun dari sujudnya untuk beberapa lama. Tidak hanya sampai di sini saja ceritanya, ketika dia berada di Muzdalifah dan berjalan menuju Mina dia seperti dibingungkan dan tidak sampai-sampai ke Mina, padahal seharusnya hal itu mudah karena memang satu jalur saja kalau dari Muzdalifah ke Mina itu. Dan si Madura ini harus putar ke sana kemari selama 6 jam. Hingga setelah  jam akhirya dia baru sampai di Mina dan ketemu dengan teman-temannya. Ketika ditanya oleh temannya, "Darimana saja koq kamu lama banget sampainya ke sini", dia menjawab "Tadi habis mampir ke tempat teman, jadi agak lama" padahal jawaban itu hanya sekenanya saja, dia malu kalau harus menjawab yang sebenarnya bahwa dia baru saja kebingungan dan muter-muter selama 6 jam.

Begitu sampai di Mina karena kelelahan dia tertidur, dan karena cukup pulas dia tidak menyadari pakaian ihromnya yang bawah sampai terbuka dan (maaf, sampai kelihatan "burungnya"). Dan di situ ada anak kecil yang melihat dan bukannya menutupkan kain itu tapi dia malah memanggil orang-orang dan karena gaduh si Madura ini terbangun dan dia merasa merasa ada yang aneh dengan pandangan orang-orang yang melihatnya dan pada tertawa. Akhirnya dia menyadari dan begitu sangat malunya dia ternyata orang-orang itu pada melihat "burungnya" yang keluar dari sangkar. Dia merasa bahwa dia dipermalukan oleh Allah di hadapan banyak orang. Sejak saat itulah dia insyaf karena dari perjalanan pertama sejak thawaf sampai di Mina dia merasa mendapat pelajaran dari Allah. Dan dia bertekad untuk menjadi orang baik-baik dan tidak mau lagi menjadi manusia yang bermoral bejat lagi.(***)

SEBERAPA PENTINGKAH GELAR HAJI BAGI SESEORANG



Di dalam masyarakat kita, apabila seseorang sudah bergelar haji maka terdapat sedikit pandangan yang berbeda yang diberikan masyarakat kepada orang tersebut. Seolah-olah orang yang bergelar haji mempunyai status sosial yang lebih tinggi, lebih sholih, lebih sempurna dan lebih lainnya lagi dari pada orang yang tidak atau belum bergelar haji. Padahal belum tentu juga orang yang bergelar haji itu lebih sholih atau lebih agamis dari pada orang lain yang belum bergelar haji. Banyak kita lihat orang yang bergelar haji itu hanya rajin jamaah di masjid ketika belum lama pulang dari hajinya saja, begitu juga banyaknya bapak haji dan ibu hajah yang sangat dermawan ketika belum lama pulang dari tanah suci, akan tetapi setelah agak lama kumat lagi males jamaahnya, atau pelitnya yang minta ampun itu.

Lebih ironis lagi, ada orang yang setelah pergi haji kalau tidak dipanggil dengan sebutan haji sebelum menyebut namanya agak tersinggung. Sungguh suatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang yang benar-benar "haji". Di samping itu ternyata banyak pula pejabat yang sudah naik haji tetapi kegemaran untuk memakan harta rakyat tidak sembuh bahkan semakin menjadi-jadi. Mungkin hal inilah yang perlu kita cermati dan telaah bersama. Penulis tidak tahu bagaimana sejarahnya sehingga seseorang yang sudah melaksanakan haji (terutama di Indonesia) kemudian di depan namanya ditambah dengan sebutan haji. Padahal ketika orang muslim sudah mengucapkan kalimah syahadat sebagai rukun islam yang pertama tidak disebut dengan pak syahadat, atau juga pak sholat bagi yang sudah melaksanakan sholat. Tetapi kenapa setelah pergi haji orang disebut dengan pak haji, yang notabene haji merupakan rukun islam yang terakhir.

Menurut pengalaman penulis ketika diberi kesempatan melakukan ibadah umroh, apabila seseorang sholat di Masjid Nabawi di Madinah ataupun di Masjidil Haram di Makkah, oleh polisi Saudi Arabia dan masyarakat sekitarnya kita dipanggil sebagai haji ataupun hajah bagi perempuan, meskipun kita ke sana bukan dalam rangka menuanaikan ibadah haji tetapi "hanya" umroh. Tidak dibedakan antara orang yang melaksnakan haji dengan umroh di tanah suci, semua pasti dipanggil haji. Yang membedakan adalah ketika sampai di tanah air, seorang yang habis melaksanakan umroh tidak dipanggil haji atau pak umroh, tetapi yang pulang dari ibadah haji kemudian disebut sebagai pak haji.

Bagi penulis pribadi sungguh nama haji itu tidaklah penting sama sekali, karena niatan kita untuk ke tanah suci bukanlah untuk membeli sebuah nama haji atau hajah, melainkan untuk beribadah dan mencari ridho dari Allah SWT. Apalah arti gelar haji apabila orang tersebut belum istiqomah dalam beribadah, masih sering menyakiti hati tetangga, kurang peduli terhadap lingkungannya dan masih mementingkan pribadi di atas kepentingan masyarakat. Padahal Rosulullah beserta sahabatnyapun tidak pernah memakai gelar haji di depannya. Jadi sangat-sangat tidak penting gelar haji bagi seseorang. Akan lebih baik apabila haji dimaknai sebagai sebuah penyempurnaan keislaman seseorang dan jalan untuk lebih mendekat, pasrah dan menggapai ridho Allah SWT. Wallahua'lam.
 

BERKUNJUNG KE BAITULLAH, MENUJU KESEMPURNAAN KEHIDUPAN




Dalam rukun Islam, menunaikan ibadah haji merupakan rukun yang kelima. Ibadah haji merupakan penyempurna dari keislaman kita. Hal ini tentu saja berlaku bagi umat islam yang "istatho'a" atau mampu melaksanakan ibadah haji tersebut, meskipun sebenarnya kita harus mempunyai keyakinan bahwa kita mampu melaksanakan hal tersebut, karena sebenarnya Allah telah menyeru kepada seluruh manusia melalui rosul-Nya untuk melakukan ibadah haji, sebagaimana dalam (QS. Al-Hajj (22): 27) yang artinya "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji......"

Namun dalam kenyataannya banyak manusia yang sebenarnya telah mampu secara materi, tetapi enggan untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk menyempurnakan keislaman mereka dengan melakukan ibadah haji. Mereka lebih senang berlibur ke eropa, atau destinasi menarik lainnya yang sebenarnya secara biaya tidak berbeda jauh, bahkan kadang lebih mahal dari pada pergi ke haramain untuk beribadah haji. Di samping ada yang enggan untuk melakukan ibadah haji walaupun telah mampu, banyak juga orang yang melakukan ibadah ibadah haji "hanya" untuk mengejar status sosial dan senang apabila di depan namanya ada tambahan H alias Haji Fulan dan sebagainya.

Ibadah haji hakikatnya adalah penyempurnaan keislaman manusia yang telah bersumpah bahwa "tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul dan utusan Allah". Dia telah bisa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya ditandai dengan mengerjakan puasa ramadhan, serta telah berkorban untuk masyarakat dan lingkungannya dengan mengeluarkan zakat dari harta bendanya. Sehingga seorang muslim yang sempurna adalah apabila dia telah "sholeh" secara individual yang berarti dia merupakan ahli ibadah dan tidak pernah melakukan maksiat, serta "sholeh" secara sosial yang dapat diartikan dia bisa banyak memberikan manfaat untuk lingkungan sekitarnya, baik dengan hartanya, tenaganya, maupun pemikirannya. Sholeh sosial merupakan manifestasi dari sebuah hadits yang berbunyi "khoirunnasi anfa'uhum linnasi".

Selanjutnya apabila seorang muslim telah bisa mewujudkan dalam dirinya kedua kesholihan di atas maka sangat penting untuk disempurnakan dengan melaksanakan ibadah haji. Hal ini karena dalam ibadah haji banyak terdapat pelajaran spiritual bagi yang melakukannya, sehingga keimanan dan keislaman yang telah ada pada dirinya akan semakin mantap dengan menyaksikan kebesaran Allah yang terdapat di dua kota suci yaitu Makkah dan Madinah. Banyak kita mendengar cerita bahwa seseorang menjadi sangat sholeh sepulang dari ibadah haji, ada juga yang insyaf dan berhenti memakan harta ribawi setelah pergi ke tanah suci, dan yang mungkin paling baru kita mendengar bahwa kilas balik dari Almarhum Ustadz Jefri Bukhori yang belum lama meninggal dimulai setelah beliau pulang dari umroh.

Selain cerita yang positif dari orang-orang yang telah melakukan ibadah haji seperti di atas tentu kitapun juga pernah mendengar cerita yang sebaliknya, ada orang setelah ibadah haji malah justru semangat ibadahnya berkurang, ada yang semakin pelit, ada yang semakin sombong dan merasa lebih sempurna dari yang lain dan sebagainya. Memang hal ini merupakan pelajaran bagi kita bahwa walaupun sebenarnya ibadah haji merupakan penyempurna keimanan dan keislaman kita, akan tetapi niat seseorang dalam melaksanakan ibadah haji juga bermacam-macam. Di samping itu mungkin harta yang dipergunakan untuk melaksanakan ibadah  haji juga kadang harta yang haram, hasil korupsi atau dari aktifitas ribawi. Semua itu tentu akan berpengaruh terhadap "kemabruran" kita dalam berhaji, dan secara lahir kita dapat melihat perilaku orang yang berhaji setelah kepulangannya ke tanah air. Apabila dia semakin sholih, semakin dermawan, semakin "merunduk" kalau dalam peristilahan padi, maka berarti dia mabrur dan sebaliknya apabila secara kualitas keagamaan dan kemasyarakatan dia merosot berarti dia tidak mabrur.

Dan bagi orang-orang yang berpunya, apabila kita dalam hidup ini mungkin sampai kepada titik jenuh, seperti kehilangan arah tujuan, merasa terjadi "stagnan" dalam hidup, tidak ada salahnya apabila kita berkunjung ke baitullah baik untuk berhaji atau berumroh. Karena untuk melakukan haji sekarang ini kita terkendala dengan "waiting list" yang cukup lama, mungkin bisa kita awali dengan berumroh dahulu. Karena dengan berkunjung ke Baitullah bisa kita ibaratkan kita "mencharge" ulang spiritual kita dengan energi ilahiah. Insya Allah semua akan mudah apabila kita berpasrah dan berserah diri pada Allah. "Fafirru ilallahi". Wallahua'lam.

 

Jumat, 12 April 2013

FOTO-FOTO PERJALANAN JAMAAH UMROH HILYA MADINA ( 28/03/2013 s/d 06/04/213 )


Foto 1. Di atas pesawat menuju bandara Soekarno - Hatta Jakarta

Foto 2. Di salah satu longe Bandara Soetta sambil menuju keberangkatan

Foto 3. Transit dan menginap semalam di Colombo Srilanka
 Foto 4. Penerbangan internasional Colombo - Jeddah

Foto 5. Sampai di Hotel Al Majeedi Arac Suites di depan Masjid Nabawi Madinah
Foto 6. City tour ke Masjid Quba'

Foto 7. Bersiap melaksanakan umro wajib ke Makkah

Foto 7. Di depan Hotel Al Maqom Samping Masjidil Haram

 Foto 8. Bersiap melakukan city tour sekaligus mengambil miqot untk umroh sunah

Foto 9. City tour ke laut merah sekaligus menuju Bandara King Abdul Azis Jeddah


Jumat, 29 Maret 2013

TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH DI TANAH SUCI


Ka'bah. Merupakan kiblat sholat umat Islam.Ka'bah yang berbentuk kubus ini merupakan bangunan utama di atas bumi yang digunakan utk menyembah Allah SWT.Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an, Surat Ali Imran ayat 90, yang artinya : "Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Mekah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta". Ka'bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul 'Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekah. Baitullah ini dibangun di atas dasar fondasi yang kokoh. Dinding-dinding sisi Ka'bah ini diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap. terkecuali satu dinding yang diberi nama "Rukun Hajar Aswad". Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut adalah :
- Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
- Sebelah Barat Rukum Syam (Suriah)
- Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
- Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad).
Keempat sisi Ka'bah ditutup dengan selubung yang dinamakan Kiswah. Sejak zaman nabi Ismail, Ka'bah sudah diberi penutup berupa Kiswah ini. Saat ini Kiswah tersebut terbuat dari sutra asli dan dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas. Dalam satu tahun Ka'bah ini dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzul Hijjah dan awal bulan Sya'ban. Kiswah diganti sekali dalam setahun.



Masjidil Haram. Sebagai pusat kota Makkah adalah Masjid Al-Haram, dimana didalamnya terdapat Ka'bah sebagai arah kiblat umat Islam pada waktu sholat. Masjid ini mula-mula dibangun secara permanen oleh Sayyidina Umar bin Al Khattab pada tahun 638 M. Dari masa-ke masa Masjidil Haram selalu mengalami pembaharuan dan perluasan diprakarsai oleh raja-raja Islam yang memberi perhatian terhadap Masjidil Haram.Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar :"Pelayan Dua Tanah Haram Makkah dan Madinah". (Dikatakan Tanah Haram karena Tanah ini diharamkan bagi umat lain, selain umat Muslim). Saat ini luas Masjid Al Haram 328.000 meter persegi dan dapat menampung 730.000 jamaah dalam satu waktu sholat berjamaah. Masjid ini melingkari Ka'bah, maka pintunya banyak. Ada 4 pintu utama dan 45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari. Keistimewaan Masjidil Haram banyak sekali, antara lain : Shalat di masjid ini lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal baik lainnya.



Hajar Aswad. Adalah batu berwarna hitam yang berada di sudut Tenggara Ka'bah, yaitu sudut dimana tempat Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan batu yang diturunkan Allah SWT dari Surga melalui malaikat Jibril. Hajar Aswad berupa kepingan batu yang terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan direkat dengan lingkaran perak. Dalam salah satu riwayat Bukhari-Muslim, diterangkan bahwa Sayyidina Umar, sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan, "Demi Allah, aku tahu bahwa kau adalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat apa-apa.Kalau aku tidak melihat Rasul SAW mencium-mu, tidak akan aku mencium-mu". Jadi mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kewajiban bagi umat Islam, tapi merupakan anjuran dan sunnah hukumnya.Maka kalau keadaan tidak memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan, sebaiknya urungkan saja niat untuk mencium atau mengusap batu ini.

Hijir Ismail. Berdampingan dengan Ka'bah dan terletak di sebelah utara Ka'bah, yang dibatasi oleh tembok berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter. Hijir Ismail itu pada mulanya hanya berupa pagar batu yang sederhana saja. Kemudian para Khalifah, Sultan dan Raja-raja yang berkuasa mengganti pagar batu itu dengan batu marmer.


Maqom Ibrahim. Bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang. Maqom Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim membangun Ka'bah. Letak Maqom Ibrahim ini tidak jauh, hanya sekitar 3 meter dari Ka'bah dan terletak di sebelah timur Ka'bah. Saat ini Maqom Ibrahim seperti terlihat pada foto di atas. Di dalam bangunan kecil ini terdapat batu tempat pijakan Nabi Ibrahim seperti dijelaskan di atas. Pada saat pembangunan Ka'bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat naik dan turun sesuai keperluan nabi Ibrahim saat membangun Ka'bah. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih nampak dan jelas dilihat. Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, di sekeliling batu Maqom Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung.


 
Multazam. Merupakan dinding Ka'bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jamah Haji dan Umroh untuk berdoa/ bermunajat kepada Allah SWT setelah selesai melakukan Tawaf. Saat bermunajat di depan Multazam ini, Jarang orang tidak meneteskan air mata di sini, terharu karena kebesaran Illahi.Multazam ini insya Allah merupakan tempat yang mustajab dalam berdoa, insya Allah doa dikabulkan oleh Allah SWT.  Rasulullah SAW bersabda, "Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul permintaannya"


Air Zamzam. Berasal dari mata air Zamzam yang terletak di bawah tanah, sekitar 20 meter di sebelah Tenggara Ka'bah. Mata air atau Sumur ini mengeluarkan Air Zamzam tanpa henti. Diamanatkan agar sewaktu minum air Zamzam harus dengan tertib dan membaca niat. Setelah minum air Zamzam kita menghadap Ka'bah. Sumur Zamzam mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum, maka Siti Hajar pergi ke Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali.Namun tidak berhasil menemukan air setetespun karena tempat ini hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air dan belum didiami manusia selain Siti Hajar dan Ismail. Penjelasan tentang sejarah ini adalah sbb : Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka.Siti Hajar memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya ;" Hendak kemanakah engkau Ibrahim ?" "Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini ?". Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata pun. Siti Hajar bertanya lagi; "Apakah ini memang perintah dari Allah ?". Barulah Nabi Ibrahim menjawab, "ya". Mendengar jawaban suaminya yang singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu. Selang beberapa hari, air yang dari Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit Safa dan Marwah berulang kali sehingga kali ketujuh (terakhir ) ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam. Air Zamzam yang merupakan berkah dari Allah SWT, mempunyai keistimewaan dan keberkatan dengan izin Allah SWT, yang bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadits Nabi , " Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah s.a.w bersabda: "sebaik-baik air di muka bumi ialah air Zamzam. Air Zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit ".


Shafa-Marwah. Merupakan dua bukit yang terletak dekat dengan Ka'bah. Sejarah Shafa - Marwah tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum di lembah pasir dan bukit yang tandus, Siti Hajar pergi mencari air pulang pergi dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali. Saat kali ketujuh (terakhir). Ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.


Masjid Nabawi. Disebut Masjid Nabawi karena Nabi Muhammad SAW. selalu menyebutnya dengan kalimat, " Masjidku", pada setiap kali beliau menerangkan tentang sebuah masjid yang sekarang berada di pusat kota Madinah. Rasul bersabda," Sholat di masjidku ini lebih utama daripada sholat seribu kali di masjid lain, kecuali Masjidil Haram".
Dalam satu riwayat lain, Rasul bersabda," Barang siapa sholat di masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat dari neraka dan segala siksa dan selamat dari sifat munafik". Masjid ini didirikan oleh Rasul SAW. dan sahabat-sahabat pada tahun pertama hijrah (622 M) seluas 1050 meter persegi, yaitu persis di sebelah barat rumah Rasul, yang sekarang rumah itu menjadi makam Rasul SAW dan termasuk dalam bangunan masjid. Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru' (diperintahkan) dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasul : " Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa'.


Makam (pusara) Rasullullah SAW. Terletak di sebelah Timur Masjid Nabawi. Di tempat ini dahulu terdapat dua rumah, yaitu rumah Rasulullah SAW bersama Aisyah dan rumah Ali dengan Fatimah.
Pintu Masuk ke Makam Rasulullah SAW
Sejak Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H (632 M), rumah Rasullullah `SAW terbagi dua.Bagian arah kiblat (Selatan) utk makam Rasulullah SAW dan bagian Utara utk tempat tinggal Aisyah.
Kubah Hijau, di bawah kubah hijau adalah Makam Rasulullah SAW
Sejak tahun 678 H. (1279 M) di atasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome). Dan sampai sekarang Kubah Hijau tsb tetap ada. Jadi tepat di bawah Kubah Hijau itulah jasad Rasullullah SAW dimakamkan. Di situ juga dimakamkan kedua sahabat , Abu Bakar (Khalifah Pertama) dan Umar (Khalifah Kedua) yang dimakamkan di bawah kubah, berdampingan dengan makam Rasulullah SAW. 

Arafah. Merupakan tempat yang sangat penting pada ibadah Haji, dimana di Arafah ini jamaah haji harus melakukan Wukuf. Wukuf merupakan rukun Haji dan tanpa melaksanakan Wukuf di Arafah maka hajinya tidak syah. Keadaan di Arafah  ini merupakan replika di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah SWT.Saat itu semua manusia sama di hadapan Allah SWT, yang membedakan hanyalah kualitas imannya. Wukuf secara harafiah berarti berdiam diri. Wukuf di Arafah adalah berada di Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari) tanggal 9 Dzulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram.Pada saat wukuf disarankan untuk memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan. Juga memperbanyak taubat memohon ampunan Allah SWT.Sebab saat wukuf adalah saat yang utama untuk berdoa, memohon ampun dan bertaubat. Selain itu juga perbanyak ibadah lainnya seperti membaca Al Qur'an, takbir, tahmid, tahlil dsb. Selama wukuf jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan kesucian ibadah saat Wukuf. Adapun keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW ,"Do'a yang paling baik adalah doa di hari Arafah". Dalam riwayat lain Rasulullah SAW juga bersabda ,"Tidak ada hari paling banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka kecuali hari Arafah". 

Arafah berjarak sekitar 25 km di sebelah Tenggara Makkah dan merupakan padang pasir yang amat luas dan di bagian belakang dikelilingi bukit-bukit batu yang membentuk setengah lingkaran.Saat ini sudah ditanami dengan pohon-pohon. Pada musim haji di bawah pohon-pohon inilah dipasang tenda. bagi yang tidak kebagian tenda cukup berteduh di bawah pohon. Untuk mengurangi panas di setiap sekitar 20 meter dipasang pipa setinggi 6 meter yang diatasnya memancar air halus yang mirip gerimis, dengan tujuan menurunan suhu di sekitarnya. Pancaran air ini sangat bermanfaat dan dapat mengurangi banyaknya jamaah yang terkena high stroke (tiba-tiba lemas karena matahari yang panas)

Muzdalifah. Setelah matahari terbenam (mulai masuk tanggal 10 Dzulhijah), dari Arafah berangkat ke Muzdalifah. Sholat Maghrib dan Isya dikerjakan di Muzdalifah dengan cara jama' takhir qashar.

Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina. Di Muzdalifah ini jamaah haji bermalam (mabit) dan mengambil 70 atau 49 butir batu kecil untuk persiapan lempar jumroh di Mina. Sholat Subuh dilaksanakan berjamaah di Muzdalifah.

Setelah sholat subuh, meninggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melakukan melempar jumroh. Bagi orang tua dan yang lemah/ sakit boleh meninggalkan Muzdalifah pada malam hari setelah lewat tengah malam baru menuju Mina.

Mina. Merupakan lokasi di Tanah Haram Makkah (Tanah yang diharamkan bagi orang selain Muslim). Mina didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal disini sehari semalam sehingga dapat melakukan sholat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji berangkat ke Arafah. Amalan seperti ini dilakukan Rasulullah SAW saat berhaji dan hukumnya sunnah. Artinya tanggal 9 Dzulhijah sebelum ke Arafah, tidak wajib bermalam di Mina.

Jamaah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan Wukuf di Arafah. Jamaah haji ke Mina lagi karena para jamaah haji akan melempar jumroh. Di Mina ini, pada malam hari tidur dan pada siang hari melempar jumroh. Yaitu tanggal 10,11,12 Dzulhijah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau tanggal 10,11,12,13 dzulhijah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani.Untuk tanggal di atas, amalan bermalam dan melempar jumroh merupakan amalan wajib haji (yang jika tidak dilakukan, harus membayar dam atau denda).

Pada hari-hari biasa di Mina kosong tidak berpenduduk, walaupun terlihat bangunan permanen. Namun pada tanggal 10 Dzulhijah dan beberapa hari sebelumnya dipadati para jamaah haji.

Tanah di Mina tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah menempati untuk keperluan ibadah saja.Sesuai dengan riwayat isteri nabi, Aisyah , "Ya Rasullullah SAW, perlukah kami buatkan di Mina untuk anda berteduh?" , rasul menjawab ,"Jangan, sesungguhnya Mina adalah tempat duduk orang yang lebih dahulu datang".

Tempat atau lokasi melempar jumroh terdapat di Mina, yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.

Mina juga merupakan tempat atau lokasi penyembelihan binatang kurban. Di Mina ada mesjid Khaif, merupakan masjid dimana Rasulullah SAW melakukan shalat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan ibadah Haji.