Terdapat sebuah kisah menarik ketika penulis melaksanakan umroh pada April 2012 silam. Kebetulan hotel tempat rombongan penulis menginap terdapat seorang asli Madura yang bekerja sebagai karyawan di hotel tersebut. Kami menjadi sangat akrab karena kebetulan teman serombongan yang berasal dari Temanggung senang merokok dan membawa perbekalan rokok agak banyak dan orang madura itupun punya kesenangan yang sama yaitu hobi merokok (tapi untuk penulis sendiri tidak senang merokok). Ketika kami makan pasti ada obrolan santai dengan si Madura tadi, sambil merokok dan dia katanya juga kangen dengan rokok Indonesia yang mempunyai taste beda dengan rokok Arab.
Dalam obrolan santai kami si madura ini bercerita kalau dia sudah tinggal di Arab Saudi selama 10 tahun. Latar belakang si madura ini dulu adalah orang yang brengsek atau preman gitulah kalau istilah sekarang. Suka memalak dan ringan tangan dengan orang lain, tak jarang jotosan tangannya mampir di muka orang yang tidak mau mengasih uang rokok buatnya. Selain itupun dia suka main wanita, padahal isterinya sudah dua yang di rumah. Karena diajak teman kemudian dia mengadu nasib ke negeri Arab yang kata orang-orang di sana mencari uang sangatlah mudah.
Pada tahun pertama dia berada di Arab dia langsung ikut melakukan ibadah haji pada musim haji di tahun itu. Di sinilah cerita itu dimulai dan cerita ini adalah asli dari cerita si Madura tadi dan tidak penulis buat-buat. Ketika dia melakukan thawaf dia merasa ada yang memukul tengkuknya hingga sampai terhuyung dan hampir jatuh. Tetapi anehnya dia tidak melihat ada orang yang memukulnya, dan dia melihat di sampingnya adalah orang yang semuanya khusu' menjalankan thawaf. Sebenarnya dia ingin membalas pukulan itu apabila dia tahu siapa yang memukulnya. Pada putaran selanjutnya dia juga merasakan ada yang menampar pipinya dengan keras sampai dia merasa agak nyeri dan anehnya dia juga tidak tahu siapa yang menampar dirinya itu. "Apa yang memukul aku adalah malaikat apa ya", begitu akhirnya dalam batin dia bertanya.
Selanjutnya ketika dia selesai melakukan thawaf dan hendak melakukan sholat sunat mutlak di belakang Maqam Ibrohim dia mencari tempat yang sepi dan tidak dipakai untuk lintasan thawaf. Dan ketika dia sujud dan bermaksud bangun dari sujud ternyata dia tertahan agak lama karena di atasnya ternyata ada seorang wanita afrika yang tinggi besar dan hitam kulitnya. Si madura ini masuk di dalam jubah wanita Afrika tadi dan tidak bisa bangun dari sujudnya untuk beberapa lama. Tidak hanya sampai di sini saja ceritanya, ketika dia berada di Muzdalifah dan berjalan menuju Mina dia seperti dibingungkan dan tidak sampai-sampai ke Mina, padahal seharusnya hal itu mudah karena memang satu jalur saja kalau dari Muzdalifah ke Mina itu. Dan si Madura ini harus putar ke sana kemari selama 6 jam. Hingga setelah jam akhirya dia baru sampai di Mina dan ketemu dengan teman-temannya. Ketika ditanya oleh temannya, "Darimana saja koq kamu lama banget sampainya ke sini", dia menjawab "Tadi habis mampir ke tempat teman, jadi agak lama" padahal jawaban itu hanya sekenanya saja, dia malu kalau harus menjawab yang sebenarnya bahwa dia baru saja kebingungan dan muter-muter selama 6 jam.
Begitu sampai di Mina karena kelelahan dia tertidur, dan karena cukup pulas dia tidak menyadari pakaian ihromnya yang bawah sampai terbuka dan (maaf, sampai kelihatan "burungnya"). Dan di situ ada anak kecil yang melihat dan bukannya menutupkan kain itu tapi dia malah memanggil orang-orang dan karena gaduh si Madura ini terbangun dan dia merasa merasa ada yang aneh dengan pandangan orang-orang yang melihatnya dan pada tertawa. Akhirnya dia menyadari dan begitu sangat malunya dia ternyata orang-orang itu pada melihat "burungnya" yang keluar dari sangkar. Dia merasa bahwa dia dipermalukan oleh Allah di hadapan banyak orang. Sejak saat itulah dia insyaf karena dari perjalanan pertama sejak thawaf sampai di Mina dia merasa mendapat pelajaran dari Allah. Dan dia bertekad untuk menjadi orang baik-baik dan tidak mau lagi menjadi manusia yang bermoral bejat lagi.(***)