Bisa menjalankan ibadah Haji/Umroh merupakan sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi kaum muslimin. Tidak semua kaum muslimin bisa melaksanakan ibadah ini, baik karena tidak mempunyai biaya, karena faktor kesehatan, atau karena kesibukan yang akhirnya mereka enggan untuk melaksanakan ibadah haji/umroh. Padahal bagi mereka yang mampu tetapi enggan untuk menunaikan ibadah haji, maka ancamannya adalah disuruh memilih mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani atau istilah lainnya su'ul khotimah. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang artinya : “Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan (sudah mampu), dan ia belum haji ke Baitullah maka tidak ada yang menghalangi baginya mati Yahudi atau Nasrani”. (HR. Tirmidzi).
Apabila kita sudah sampai pada tahap mampu, maka secepatnyalah kita segera mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji, terlebih pada saat ini daftar tunggu di Yogyakarta sudah mencapai 14 tahun. Atau apabila kita ingin berkunjung ke Baitullah secepatnya, maka tidak salah apabila kita berumroh terlebih dahulu. Sebab ada beberapa kalangan yang menghukumi umroh juga wajib hukumnya seperti halnya haji, sekali dalam seumur hidup. Dan apabila kita sudah mendaftarkan diri maka kita sudah seharusnyalah mempersiapkan diri baik secara mental, fisik maupun ruhani. Dalam hal ini ada yang mengartikan bahwa mampu (istitho'ah) mencakup arti mampu secara harta atau finansial yang meliputi biaya untuk melaksanakan/mendaftar serta biaya untuk keluarga yang ditinggalkan selama menunaikan ibadah, mampu dalam perjalanan fisik sampai ke Baitullah, serta ada yang menambahkan harus mampu secara keilmuan atau manasik haji/umroh.
Mampu secara keilmuan walaupun tidak sampai ke taraf ahli adalah sangat penting dalam melaksanakan semua amal ibadah. Imam Ibn Ruslan (seorang ulama abad 9 H) berkata : ”Dan setiap amal yang tanpa didasari ilmu, Amalan-amalannya tertolak tidak diterima”. Hadits nabipun menyatakan bahwa "Sedikit paham ilmu fiqih lebih baik dari banyak ibadah” (HR at-Thobron). Selanjutnya sabda Nabi juga menyatakan “Apabila kamu melewati taman-taman syurga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi menjawab,”majlis-majlis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani). Imam Athaa’ berkata “Majlis-majlis ta’lim” ialah tempat perkumpulan membahas halal, haram, bagaimana cara jualbeli, cara shalat, cara zakat, cara haji, nikah, thalak dan sebagainya. Artinya sebuah perkumpulan untuk mengetahui tatacara shalat, zakat, haji dan yang demikian hanya dapat diketahui dengan mengetahui rukun-rukun, syarat-syarat dan yang membatalkan setiap ibadah karena tanpa mengetahui yang semacam ini tidak dapat dikatakan benar ibadah seseorang.
Dengan demikian manasik haji maupun umroh sangat penting bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah ke tanah suci. Terlebih lagi ibadah ke tanah suci termasuk ibadah "mahal" karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk sampai ke sana. Maka untuk itu kita perlu selektif dalam memilih biro haji maupun umroh yang akan memberangkatkan kita ke tanah suci. Jangan sampai kita memilih biro yang tidak terdapat fasilitas manasiknya baik untuk umroh maupun haji. Selain itu perlu diperhatikan juga apakah biro tersebut menyediakan pembimbing atau petugas yang mendampingi dari tanah air. Sebab saat ini banyak sekali biro-biro haji dan umroh yang hanya mementingkan keuntungan materi tanpa melihat kualitas dari ibadah jamaah, bahkan terkadang sampai menelantarkan jamaah tanpa bimbingan dan petugas yang mendampingi di tanah suci. Sehingga banyak jamaah yang berangkat ke tanah suci tapi sesampai di sana bingung apa yang harus mereka lakukan di sana.
Walaupun biasanya ada muthowif di dalam pelaksanaan ibadah di sana tetapi manasik haji dan umroh sebelum jamaah berangkat adalah sangat penting untuk diberikan sebagai bekal keilmuan dalam melakukan ibadah demi sempurnanya ibadah kita. Beberapa ahli hikmah berkata bahwa "Ilmu tanpa amal, dosa besar, manakala ‘amal tanpa ilmu, kesesatan yang amat sangat, dan ‘amal yang disertai ilmu itu adalah cahaya diatas cahaya. Maka beruntunglah bagi mereka yang memadukan keduanya (ilmu dan ‘amal)”. Dan akhirnya ketika pulang dari tanah suci setelah melakukan ibadah haji atau umroh kita benar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan lebih baik dari ketika sebelum melaksanakan ibadah haji atau umroh. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar