Dalam berbagai kesempatan dan tempat di area Masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram dapat dipastikan akan selalu dipadati oleh jamaah. Dahulu mungkin kepadatan ini hanya terjadi ketika musim haji saja, tetapi pada saat ini tidak dalam waktu musim hajipun area Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram juga tetap padat oleh para jamaah umroh. Dan animo masyarakat pada saat ini untuk melaksanakan umrohpun ternyata sangat luar biasa besar, dan bahkan menurut Ustad Yusuf Mansur dalam sebuah tausiahnya pernah menyebutkan bahwa tiap hari jamaah umroh dari Indonesia yang berangkat ke tanah suci tidak kurang dari 6000 orang.
Sungguh suatu angka yang tidak kecil, dan dari data ini dapat kita cermati bahwa ternyata banyak orang kaya di Indonesia, sehingga untuk melakukan umroh yang menghabiskan sekitar 20 jutaan banyak sekali orang Indonesia yang bisa melaksanakan. Belum lagi kalau kita melihat dari data bahwa daftar tunggu antrian haji di Indonesia yang mencapai belasan tahun, hal ini lebih meyakinkan lagi ternyata masyarakat Indonesia adalah bangsa yang kaya. Mungkin karena tidak adanya pemerataan ekonomilah yang akhirnya terjadi ketimpangan ekonomi dan banyaknya orang yang kaya di Indonesia tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat secara umum, dan akhirnya Indonesia tetap hanya dikenal sebagai negara yang agak miskin atau lebih kerennya disebut dengan negara berkembang.
Berbicara mengenai banyaknya jamaah haji maupun umroh di tanah suci, maka pasti kita tidak akan lepas dari dua area yang utama di tanah suci yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Karena dua tempat tersebut menjadi konsentrasi tempat ibadah ketika melaksanakan ibadah haji maupun umroh. Selain itu di dua tempat ini terdapat tempat mustajabah yang artinya yaitu seseorang yang dapat berdo'a di tempat-tempat yang telah ditentukan niscaya akan dikabulkan segala do'anya. Di area Masjid Nabawi terdapat tempat yang menjadi idola para jamaah baik haji maupun umroh untuk dapat memasukinya yaitu raudhah. Raudhah sendiri terletak di antara mimbar Nabi Muhammad SAW dan rumah Nabi yang pada saat ini telah menjadi makam beliau. Biasanya terkenal dengan karpet hijau semi coklat, karena memang karpet di area Raudhah dibedakan dengan warna karpet di luar area Raudhah.
Rosulullah SAW pernah bersabda yang artinya "Tempat antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga" (HR. Muslim). Dan di Raudhah inilah apabila kita berdo'a dengan sungguh-sungguh insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT. Untuk di area Masjidil Haram mungkin salah satu tempat yang sulit untuk dimasuki adalah Hijir Ismail atau di Multazam, karena dua tempat ini juga termasuk tempat mustajabah, tetapi areanya relatif sempit dibanding banyaknya jamaah yang berkeinginan untuk masuk dan berdoa di tempat tersebut. Dan memang untuk dapat memasuki tempat-tempat mustajabah tersebut dibutuhkan stamina ekstra, kesabaran dan perjuangan. Sehingga tak jarang di tempat-tempat ini sering terjadi gesekan-gesekan kecil yang apabila tidak dilandasi kesabaran dan keikhlasan justru akan menimbulkan sebuah pertikaian antar jamaah sendiri.
Mungkin yang perlu kita perhatikan apabila kita akan memasuki tempat-tempat tersebut adalah jangan sampai kita mengedepankan egoisme kita yaitu yang penting kita dapat kavling di tempat tersebut walaupun kadang harus mendorong jamaah lain, menyakiti jamaah lain dan bahkan menjatuhkan jamaah lain. Ini semua bukan termasuk akhlakul karimah dan justru akan mengurangi nilai ibadah kita itu sendiri. Dan yang sangat biasa dilakukan oleh banyak jamaah ketika dia sudah dapat kavling di tempat-tempat tersebut, dia akan melakukan sholat sunat dan berdo'a selama mungkin di tempat itu, padahal banyak jamaah yang berdiri dan mengantri untuk melakukan hal yang sama di tempat itu. Inipun juga tidak dapat dibenarkan karena jamaah yang berdiri dan mengantri akan merasa kesal dengan model jamaah yang tidak mau berbagi ini. Jangan sampai terjadi justru orang lain mendo'akan hal yang jelek karena egoisme kita lakukan.
Sudah semestinyalah apabila kita berada di tempat-tempat yang mustajabah tersebut, tumbuh rasa berbagi kita dengan jamaah lain, karena mereka juga ingin dan berhak untuk dapat elakukan sholat dan berdoa di tempat itu. Cukuplah apabila kita berada di tempat-tempat tersebut dengan melakukan sholat dua rokaat kemudian berdo'a secukupnya saja, dan jangan sampai kita membuat jamaah lain merasa jengkel karena berdiri dan menunggu terlalu lama. Insya Allah apabila kita yakin dan khusu' dalam berdoa walaupun sebentar Allah pasti akan mengabulkan do'a kita. Dan apabila kita membuat jengkel orang lain dan dia juga mendoa'akan hal yang jelek-jelek terjadi pada kita, mungkin hal itu akan menjadi kontraproduktif bagi kita sendiri, alih-alih do'a kita yang dikabulkan justru hal yang jelek nanti yang akan kita terima karena dido'akan jelek oleh orang lain. Untuk itu berbagi tempatlah apabila berada di tempat yang mustajabah. Wallahua'lam.